Klik tombol dibawah ini untuk mendownload Materi PDF
Download Materi PDF
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum, Kawan-kawan Syijar di manapun berada. Posisi saya, dengan izin Allaah, membimbing diri saya dan kawan-kawan semua agar hebat di lapangan, hebat di pasar, hebat di warung, hebat di pemasaran.
InsyaaAllaah, nanti kita akan bikinkan serial seperti ini dan ini bisa berlaku buat pekerjaan dan peragangan, bisnis, perniagaan, usaha, apa saja, bahkan termasuk rumah tangga. Dan kita sekalian akan ngaji, bahkan secara bisnis, pekerjaan, dan tadi ... apa saja. InsyaaAllaah juga berkahnya buat segala urusan Syijar dan urusan kita semua, dunia dan akhirat.
Ini nanti dari Surat Al-Fatihah. Tafsir Surat Al-Fatihah yang kita bawa pada pekerjaan kita, bisnis kita, perdagangan kita, usaha kita—utamanya di Syijar—promosi, marketing, jualan, dan hal-hal lain yang kita bawa kepada urusan non-Syijar. Supaya kita berharap dapat banyak berkahnya dari Allah Swt.
Dan serial voice note ini, serial audio ini juga, nanti bisa disampaikan ke mana-mana, untuk siapa yang membutuhkan. Jadi basic-nya adalah tafsir dan tadabbur Surat Al-Fatihah. Anggap aja jadi santri. Hehehe.
Saya, benar, hanya berharap pada Allah Swt. Karena cuman Allah yang gak turun-naik, yang gak ngeliat lalu berbalik, yang gak berpihak lalu bersebrangan. Tapi siapa pun dia, siapa pun, gak ada pengecualian, itu bisa terjadi seperti itu. Entar ngeliat, entar enggak. Entar senang, entar gak senang. Entar membersamai, entar gak membersamai. Entar suka, entar gak suka. Entar iya, entar enggak. Entar paham, entar enggak. Entar mendukung, entar enggak. Entar percaya diri, entar hilang. Entar semangat, entar gak semangat.
Nah, kalau saya pribadi, sudah, Allah aja sudah. Allah aja, sudah. Kalau saya pribadi, nih.
Jadi, mudah-mudahan semuanya itu juga sama mentalnya. Sehingga—harusnya—kita bisa bersama-sama di biduk ini, di perahu ini, bersama-sama; yang kebersamaan itu memang harus dicari sesuatu yang sama.
Kalau enggak, sifat manusia itu mencari untung yang lebih gede, mencari barang yang lebih murah. Misalkan begitu. Ada sesuatu, gampang lompatnya, gampang pindahnya.
Terus kebersamaan kita di mana?
Di uang?
Di bisnis?
Saya sebagai pemilik barang, saya sebagai pemilik—misalkan—putaran produksi, aset, dan sesuatu yang menjadi barang atau bahan dagangan atau bahan jualan, baik itu berupa barang atau bahkan berupa jasa; kalau kemudian benar-benar kebendaan, maka kita akan kehilangan.
Tapi ketika kita berpikirnya bukan kebendaan, apalagi rata-rata sudah orang berpengalaman yang ikut dengan saya di Syijar, maupun di non-Syijar, di pekerjaan bisnis Syijar dan non-Syijar. Ini kan orang-orang yang sudah bepengalaman. Setidaknya bukan anak kecil, anak remaja, anak muda, bukan. Sudah anak yang punya pengalaman. Anak remaja dan muda pun sudah banyak yang sudah berpengalaman.
Nah, mestinya paham bahwa memang harusnya naik kelas dari awal.
Apa sih, yang kita perjuangkan?
Atas nama apa?
Karena siapa?
Berdasarkan siapa?
Apa?
Misalkan dalam dunia barat saja, ada istilah begini, kan:
If you talk about money, you will lose friend. You will lose friend.
Kalau kita bicaranya selalu uang, berdasarkan uang, karena uang, atas uang; kita akan kehilangan pertemanan.
But if you look for friendship, brotherhood, brothership …
Kalau kemudian kita ngomongnya itu ada pertemanan, bisnis …
The money will come.
Uang justru akan datang.
Kita percaya enggak, ini?
Dan ini kan kita sudah mengalami, ya. Begitu kita ngomongnya uang, uang, uang; yang terjadi apa? Ya memang, kita akan hilang. Hilang pertemanan, gak ngambil lagi.
“Kenapa, kok gak ngambil di warung itu lagi?”
“Iya, enggaklah, lebih mahal.” Walaupun manusiawi, begitu.
Tapi ketika kita lihat ada sesuatu, begitu, “Oh, dia janda tua. Masih harus membiayai anaknya yang kuliah. Oh, dia suami-istri, dia harus membiayai anaknya 3 yang nyantren, yang sekolah. Ah, saya di situ saja.”
Nah, di situ bukan barang, bukan uang.
Atau hal lain. Misalkan untuk mengangkat banyak anak yatim di tiap-tiap kelurahan, kecamatan, kota, di mana misalkan Syijar beroperasi di sana. Barang-barang non-Syijar beroperasi di sana, dipasarkan di sana. Sebagian keuntungannya dikembalikan buat anak-anak yatim yang ada di sana. Nah, ini kan, akan ada pembelaan dari Allah juga, begitu loh.
Nah, audio pertama ini bicara tentang … dari Surat Al-Fatihah ayat 1. Inilah pijakan kita.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Seringkali kita mendengar bahwa “Bismillaah-nya yang benar.” Ya ternyata memang benar. Kalau bismillaah-nya gak benar, bubar, rusak hubungan itu. Dan saya gak kepengen.
Kepengennya adalah saya bersama Kawan-kawan semua, saya bersama Saudara-saudara semua, yang baru menjadi kawan saya, baru menjadi saudara saya. Walaupun sebelumnya mungkin sudah mengenal saya, tapi belum mengenal saya dari dekat, dan sekarang sudah mengenal saya secara dekat, saya pun mengenal—dengan izin Allah. Maka pengennya kita sampai surga. Aamiin. Jadi rombongan besar.
Karena itu, bismillaah-nya mesti benar.
Saling doa-mendoakan, saling mentransfer energi, saling kuat-menguatkan, saling bantu-membantu, saling support dari urusan dunianya maupun urusan akhiratnya. Biar kita tidak tercerai-berai.
Pertama ini, kita belajar,
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang. Dengan Nama Allah Yang Maha Membagi, Maha Memberi, Maha suka ngasih, gak diminta aja ngasih, itu “Rahman”.
Kalau “Rahman” itu untuk semua. Kalau “Rahim” itu untuk semua plus untuk orang-orang yang percaya pada Allah, yang beriman pada Rasul-Nya juga, ada ketaatan, dan ada ibadan dan amal shalih. Maka akan ditambah dengan “Rahim”. Jadi bukan cuman “Rahman” tapi juga “Rahim”.
Nah, atas Nama Allah ini, dengan menyebut Nama Allah ini, ini menjadi satu pijakan niat yang kayak apa yang kita mau.
Dari sisi saya, misalkan, saya sering bilang kepada Yai Adin dan Kawan-kawan semua, sering bilang kepada kyai-kyai.
“Kyai, bismilllaah, saya nyari murid. Bismillaah, saya nyari santri. Bismillaah, saya nyari teman.” Makanya ada produk Syijar, di antaranya. Saya nyari anak-anak yatim, saya nyari janda-janda yang gak berdaya, saya nyari orang-orang fakir-miskin, saya nyari orang-orang susah. Makanya saya adain ini Syijar supaya saya bisa bantu begini-begitu, begini-begitu.
Misalkan saya melihat Warung Ucok, Warung Kuningan, Warung Madura; saya udah pengen bikin Majelis Zikir Warung Madura, Majelis Zikir Warung Kuningan, Majelis Zikir Warung Ucok, Majelis Zikir Pewarung, MZP (Majelis Zikir Pewarung). Ya nanti bisa dipelesetin jadi Majelis Zikir Perokok. Hehehe. Majelis Zikir Pekerja, Majelis Zikir Pengusaha, Majelis Zikir Pemimpin, Majelis Zikit Pelajar. MZP.
Itu. Jadi yang dipikirin tuh, ituuuu begitu.
Entar ada yang masok lebih murah, masok lebih bagus, ada yang masok lebih hebat. Ah, wasilah aja itu mah. Begitu.
Karena bismillaah-nya kita kuatin, begitu. Kita kuatin bismillaah-nya. Enggak, gua gak mau begitu. Gua mau begini aja. Bismillaah-nya aja dah, gua benerin.
Lah, apakah urusan dunianya tidak harus kita benerin?
Ya sesuai dengan komitmen. Kita benerin, tapi jangan panikan. Tenang aja. Begitu orang gak mau, ya benahi dong, komunikasinya, cara komunikasinya benahi, cara berpakaiannya benahi, cara nawarin kepada orangnya benahi.
Kan bismilllaah. Bismillaah-nya di titik nol. Kalau titik nol kita datang sudah bau, sudah jelek, kita datang dengan pakaian gak benar, kita datang dengan muka yang sudah ditekuk. Semua itu secara dunia ya dibenahi.
Tapi secara akhiratnya, gimana? Bismillaah. Cari sesuatu yang membuat kita ini ada Allah di sana.
Oke?
Ini dulu yang saya sampaikan. Dan di episode audio pertama ini, saya ingin menyampaikan riyadhah kita. Riyadhah kita adalah gak tanggung-tanggung, langsung ngebut aja ya? 1000 shalawat setiap hari.
Shalallaahu ‘alaa Muhammad. Cukup.
1000 shalawat setiap hari.
Shalallaahu ‘alaa Muhammad.
Shalallaahu ‘alaa Muhammad.
Shalallaahu ‘alaa Muhammad.
Demikian. Oke?
Semua yang beroperasi dengan Syijar, yang bersentuhan dengan Syijar, yang tersambung dan terhubung dengan Syijar, shalawat. Supaya dia menjadi orang-orang yang berkah dan penuh dengan keberkahan.
Saling ingat-mengingatkan. Teman-teman di kantor, di manajemen pusat dan daerah-daerah. Semua saling mengingatkan. Gak usah merasa, ah, gak enak. Gak usah. Ingatkan terus. Siapa saja. Saling ingat-mengingatkan.
“Sudah shalawat belum?”
Kalau perlu ngomongnya gak usah, “Eh, udah belum?”.
Ngomongnya begini ke grup WA, “Alhamdulillaah saya sudah baca shalawat 1000.”
Nah, entar kan yang lain, “Oh iya, saya belum baca 1000.”
Dan ya, silakan aja, dengan cara-cara yang tidak mengganggu. Saling mengingatkan.
Demikian pelajaran pertama ini. Semoga Allah ridha.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ وَعَدَدَ كَمَالِهِ وَكَمَا يَلِيْقُ بِكَمَالِهِ دَائِمًا أَبَدًا
“Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang patut disembah selain Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Sebanyak makhluk-Nya, seridha diri-Nya, seberat 'Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya, sebanding dengan kesempurnaan-Nya, dan sebanyak yang pantas dengan kesempurnaan-Nya, seterusnya dan selama-lamanya.”
Sampai ketemu, ya.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.