Wali Nempel
Yusuf Mansur
12 Nov 2024
Bismillaah walhamdulillaah...
Istilah Wali Nempel ini saya dapet dari Yai Helmi... Luar biasa. Beliau WA dan ngebel saya.
"Kalo ga bisa jadi wali beneran, jadi Wali Nempel aja..."
Beliau, yang pernah jadi Sekjen PBNU, ngasih tau saya, salah 1 cara simpel... Menyampaikan ulang dawuhnya Gus Baha, Gus Mus, dan ulama-ulama Nusantara, dan dunia... Misalnya... Masang di status WA, masang di Socmed-socmed, yang kita miliki... Maka ini kita udah jadi Wali Nempel. Semudah itu... Ikutan jadi wali, hehehe.
Nempel ini adalah ilmu branding. Wali Nempel, Wali Branding, hehehe. Kita membranding diri kita, dg branding orang lain. Kira-kira begitu...
Jangankan siapa... Ini, apa. Tempat kosong, gelas kosong, piring kosong, plastik kosong, produk kosong... Botol air kosong... Coba aja nempel, dan ditempel, sama brand2 yang bagus, kuat, hebat, mahal, ngetop... Wuah, ikut-ikutan tuh. Ga dianggep kosong. Ga dianggep murah dan murahan. Ga dianggep payah, hina, lemah, di bawah... Tergantung apa dan siapa yang ditempel.
So... Siapa aja yang hebat, jago, terkenal, termasyhur... Dalam kebaikan tentunya... Yang 'aalim, lagi banyak ibadah dan amal salehnya. Tekun. Taat. Sholeh sholehah. Bertakwa. Banyak manfaat. Banyak kebaikan. Nah, kita nempel aja.
Jadi lah kita: Wali Nempel.
Nempelnya di mana, ya di mana aja yang kita bisa nempel. Ada majlisnya, ya ikut majlisnya. Ada barang dagangannya, kita ambil, beli, barang dagangannya. Kalo perlu ikut jual.
Ga usah lah orang 'alim orang baik yang terkenal... Misal, ada warung di lingkungan kita... Yang bersangkutan, dengan keuntungannya, membiayai 2-3 anaknya nyantren... Ya beli aja di situ. Belanja aja di situ. Ini termasuk menempelkan diri dengan orang baik. Sebab dia berjuang buat anak-anaknya nyantren. Kita jangan anggep remeh dan kecil hal ini. Luar biasa bener keberkahannya. Dia ga nyolong, dia ga nyuri. Dia ga minta-minta. Nah keberkahan pemilik warung ini, tempel aja udah...
Apalagi sampe kita nempel sama yang buka-buka pesantren, buka-bukamadrasah, buka-buka majlis, buka-bukayayasan-yayasan kebaikan... Ya nempel aja.
Ikut berkah dah.
Misal, Yainya, Bu Nyainya... Beliau-beliau itu pergi kemana, dan bisa ikut. ya ikut aja. Asli, nempel aja. Berkah dah. Makin nempelnya hebat, makin hebat lagi keberkahan yang bisa diambil. Makin dalem, makin bagus, makin banyak, makin deket, makin top dah keberkahan yang bisa dirasa. Nah, apalagi sama Nabi, sama sahabat-sahabat, sama Qur'an, sama sunnah-sunah... Nempel aja udah.
Jangan semampunya. Tapi bener-bener semaksimalnya, sekuatnya. Jangan hanya diambil sedikit.
Misal, sama Qur'an... Ya kalo bisa ambil 30juz, ambil 30juz... Ga bisa hafal, ya khatamin bulak balik...
Misal sama Yai-yai, Ibu-ibu Nyai... Kalo bisa ngabdi, jadi abdi dalem, jadi santri yang nempel kemana-mana, ya nempel aja sekalian, 24 jam. Tinggal di kediamannya, di pesantrennya, berkhidmat di lembaganya...
Kalo kata Cak Alief, sahabat dan saudara saya, "Jangankan ada dawuh dari Yai-yai Khos... Sekedar ngegirangin, ngegembirain, nyenengin, bikin senyum, Yai-yai, maka itu cukup...", katanya. Apa sih yang bisa bikin guru-guru, yai-yai, pada seneng hatinya... Ya lakukan aja. "Berkah," kata Cak Alief lagi.
Gitu dah.
Ilmu ini perlu diperluas dan diperdalam. Mangga. Silahkan mikir.
Dan nempel paling gampang ke Nabi misalnya, tapi sekaligus paling top, ya shalawat dah.. Shalawat ke dan buat Nabi. Kemudian Qur'an. Kemudian menjalankan beragam sunnah2nya.
Selebihnya, tabarrukan ini ga terbatas kepada ketakwaan dan kesalihan ritual saja.. Tapi juga bisa dalam bentuk ketakwaan dan kesalihan sosial.. Siapa aja yang bagus akhlaknya, manfaatnya, sikapnya, tuturnya, perilakunya, bahasanya, omongannya, tulisannya, apalagi sampe manfaat... Dan dia itu muslim muslimah... Maka ya nempel aja. Ini juga bisa disebut sebagai kategori tabarrukan. Ambil barokah.
Pasang aja mata dan telinga, bisa tabarrukan ke apa dan siapa nih? Bismillaah. Merapat dan ambil berkahnya.
Terakhir, ngutip Guru saya, Prof. DR. Yai Adrian Mafatihallah Karim, MA, Pimpinan dan Pengasuh Pesantren La Tansa, Banten, "... Surat nyampe karena ditempel prangko. Begitu juga Suratan Takdir, mesti ditempelin Koyo Ikhtiar."
Apa aja, ada tempelannya rupanya. Kudu ada yang ditempel, dan kudu nempel, hehehe.
Semoga kita bisa jadi seperti Dawuhnya Yai Adrian... "Kita bisa jadi orang-orang yang penuh berkah dan bisa memberkahi. Siapa aja yang nempel sama kita, ikut dapet berkahnya kita... Izin Allah."
Hmmm... Keberkahan yang bisa dibagi ke sebanyak-banyaknya dan ke seluas-luasnya orang. MaasyaaAllah. Sangat memotivasi sekali.
Demikian. Mangga. Monggo.