[08/07, 09:31] Haji Wiwin Guru Saya: Berdasarkan tulisan-tulisan ustadz dari dulu, saya menyimpulkan bahwa. Sholawat adalah kepala-nya Doa, karena tidak ada berdoa kecuali dengan membaca sholawat.
[08/07, 09:31] Haji Wiwin Guru Saya: Benar begitu ustadz
[08/07, 09:59] YM: Saya jawab, sekalian panjang, hehehe.
By, Yusuf Mansur.
Ya. Sebagai rasa hormat, pemuliaan, dan pengistimewaan kepada Nabi yang udah ngajarin kita berdoa, membawa ke Allah, bahkan membawa seluruh kehidupan kita ke Allah; Yang kita alami, kita jalanin, kita liat, kita dengar, kita rasa; Apa aja; Rasa kesel, benci, sebel, marah, amarah, kekecewaan, kesepian, kesedihan, penderitaan, rasa hina, kecil, lemah;
Semua dibawa ke Allah.
Sebagaimana rasa bahagia, seneng, gembira, riang, keceriaan, ketenangan, kenikmatan, fadhilah, anugerah; Dengan beragam bentuknya.
Juga dibawa ke Allah, apa aja kebutuhan keperluan cita2 impian keinginan kehendak maksud2 tujuan2...
Semua dibawa ke Allah. Dibawa kepada doa. Dan doa itu, ditempel dengan shalawat. Sambil banyakin shalawat. Sambil bershalawat. Minimal di awal doa, dan di akhir doa. Sebab juga ga ada yang berdoa, dengan shalawat, kecuali Allah berikan pengabulan lebih daripada yang berdoa tanpa shalawat.
Berdoa itu bisa tunggal. Asal pikiran hati rasa, ke Allah. Meski misalnya ga nyebut secara lisan, verbal, langsung, nama Allah... Tapi Allah tau yang dituju adalah diriNya.
Berdoa bisa berdiri sendiri. Tanpa amal apapun. Dan siapa yang berdoa, tanpa syarat apa2, akan dikabulkan Allah. Saking Maha RahmanNya. Sebab juga berdoa adalah ya juga adalah amalan adanya. Ibadah adanya. Amalan dan ibadah tersendiri. Dan penuh ganjaran. Penuh kebaikan dari Allah. DiletakkanNya oleh Allah, pahala dan timbangan yang teramat besar, dan abadi, hingga nanti dituker dengan segala kenikmatan dunia dan akhirat. Dan kita akan menemui doa2 kita, meski itu berdiri sendiri, di hari hisab.
Makanya, berdoa aja yang banyak ketika di dunia. Kalau ga dikabulkan, tukerannya, banyak. Kalau dikabulkan, akan tambah banyak lagi tukerannya. Silahkan aja liat, jika dikabulkan berjodoh misalnya, maka berumah tangganya jadi ibadah seumur hidupnya. Bahkan bagi2 ganjaran, kebaikan, pahala dan timbangan, buat yang lain selain diri yang berdoa buat dapet jodoh. Dan kebaikan itu akan terus beranak pinak jadi kebaikan2 yang lain yang ujungnya hanya Allah yang tau sampe mana. Ga ada ujungnya.
Sementara itu kalau engga dan belom dikabulkan, yaa Rabb... Bertaburan ganjaran, kebaikan, pahala, dan timbangan yang lain. Sungguh kita ga akan tau, balesanNya sebesar, seluas, sebanyak, apa, buat yang mau berdoa ke Allah.
Nah, ini baru berdoa yang sifatnya tunggal. Tanpa shalawat. Gimana dengan yang diiringi shalawat?
Sejatinya, demikian juga amalan lain selain shalawat. Ngaji2, zikir2, sedekah2, kebaikan2 yang sifatnya kebaikan sosial, amal sosial... Wuah... Tambah top.
Hebatnya lagi, semua amalan itu juga bisa tunggal. Dan Allah tetap janjikan ganjaran, kebaikan, pahala, timbangan... Yang semuanya berefek kepada pemberian Allah, kepada yang ngamal ini itu, tanpa berdoa. Seakan ia berdoa.
Apa ga keren itu?
Lalu kenapa harus tetap beramal selain amalan doa itu sendiri? Dan kenapa harus berdoa, selain ngerjain amalan2 itu sendiri?
Ya kan kita pengen menang banyak, hehehe. Pengen dapet banyak. Pengen dapet rahmat dan pemberian Allah yang lebih banyak. Pengen karuniaNya yang lebih banyak. Termasuk saat konversian doa dan amalan itu adalah ampunan, maaf, dan kasih sayangNya.
Makanya kita apa2 bawa doa. Bawa shalawat. Apa2 bawa shalawat. Bawa doa. Apa2 dibawa ke dhuha, tahajjud, witir... Dan berdoa. Apa2 dibawa ngaji2 ini itu, terus berdoa. Apa2 dibawa ke sedekah, dan berdoa.
Contoh, doa tanpa baca Yaasiin. Boleh? Ya baca lagi dah ke atas. Boleh banget. Tapi baca lagi ya tulisan ke atas, di atas ini. Biar tambah manteb. Jangan baca cepet.
Boleh ga baca Yaasiin, tanpa doa? Boleh. Dan baca lagi juga dah ke atas. Boleh banget. Beneran baca lagi ya tulisan ke atas, di atas ini. Biar tambah manteb. Jangan baca cepet2. Diserapi, direnungi.
Saya suka nanya, mau 1 mau 2? Kalau mau 1, ya doa aja. Kalo mau 1, ya lakuin amalan. Apa aja. Dapetnya 1.
Namanya juga ga berdoa. Masa dapet pahala doa? Ya engga lah.
Namanya baca Qur'an. Ya masa dapet pahala doa? Engga lah.
Begitu juga yang berdoa "doang". Masa dapet pahala ini itu? Secara dia ga ngelakuin ini itu? "Kecuali" berdoa. Ya pahala yang didapet ya pahala doanya itu.
Tapi sungguh Allah ga bisa diukur begini oleh kita. Ini mah secara ilmu.
Misal kita pake llmu Baik Sangka, kepada Allah... Baik sangka atas ganjaran Allah... Wuih... Maka, bisa aja, seseorang yang baca Qur'an, meski dia ga berdoa secara lisan... Tapi kemudian dia berlinang airmata, tanda misalnya, ada yang dirasa... Ada yang dihadepin... Ada yang begitu berat di kehidupannya... Maka itu pun bisa jadi dianggep doa oleh Allah. Bahkan lebih hebat lagi bentuk doanya.
Wis, luas banget dah Ilmu Allah.
Semoga kearifan ilmu ini membuat kita juga tambah arif. Ga nyalah2in orang yang diliat dan keliatannya berbeda. Termasuk di urusan doa dan amalan2. Misalnya nuduh pamrih, ga ikhlas, riya, ngecilin amalan, ngehina amalan... Koq dibawa ke dunia... Dan pertanyaan2 nyudutin lain; Kenapa ke Allah cuma ada maunya? Tar ke Allah cuma pas ada maunya? Dst...
Belajar aja terus. Dan pahami soal rasa dari orang2 yang berbeda.
Dan kita yang berpendapat bahwa ya kalo ga ke Allah, kemana lagi? Allah kan yang nyuruh? Lumayan. Lagi ada maunya, perlunya, butuhnya, ke Allah. Ya mayan. Daripada ke yang lain? Dst juga... Kita yang berpandangan, berpikiran, demikian, jangan marah juga jika diingatkan. Bahkan ketika disindir, diejek... Gpp. Ambil baiknya.
Salam, Yusuf Mansur.
[08/07, 10:00] Haji Wiwin Guru Saya: Siap makasih ustadz
[08/07, 10:00] Haji Wiwin Guru Saya: Sekalian saya jadikan video